Pages

Saturday 13 October 2012

Sony Action Cam : Gopro Killer


Pasti sudah tidak asing lagi di telinga kita dengan brand yang satu ini Sony...Sukses dengan Vaio brand laptop nya, cybershot,NEX,dan Alfa untuk brand kamera nya, dll. Tolong diingatkan ya klo ada yang keliwat...hehe
Nah buat anda semua yang hobi nyelem (red: diving or snorkeling), pasti sudah tidak asing lagi dengan produk GoPro, monggo liat review nya disini : http://gopro.com/, atau langsung beli aja disini : http://mitrakamera.com/new/store/listing/812/GoPro, dijamin harganya miring.
Tapi artikel kali ini bukan tentang GoPro, melainkan saingannya Sony Action Cam, berikut cuplikan berita nya :
Sony Action Cam datang dengan fitur recording video HD 1280 x 720, 60 atau 120 fps (untuk slow motion) atau 1920 x 1080 pada 30 fps. Di dukung dengan resolusi kamera 16 megapixel Exmor R CMOS sensor, dan 170 derajat lensa Carl Zeiss® Tessar. Kamera ini akan tersedia dalam dua versi : Wi-Fi dan standard.
Seperti GoPro, Sony pasti akan mengeluarkan banyak asesoris, jadi anda dapat mount kamera anda untuk berbagai situasi yang extreme : mounting sepeda, headstrap waterproof, adapter angle, dll.
Pastinya Action Cam ini datang dengan waterproof case yang dapat melindunginya hingga kedalaman 200 kaki atau 60,96 meter (1 kaki = 0,3048 meters). Dapatkan Sony merangkum fitur secanggih ini dalam kemasan yang kecil? dan apakah dapat bersaing dengan kamera action sehebat GoPro? Silakan tunggu saja :)

Tuesday 9 October 2012

Vignetting


Vignetting mengacu pada efek fotografi tentang tingkat kecerahan gambar yang lebih tajam di tengah dan terus berkurang ketajamannya sampai ke tepi gambar. Fotografer mungkin secara tidak sengaja menghasilkan vignetting dalam foto nya, mereka juga bahkan sering mendatangkan efek ini dengan menggunakan lensa khusus, menggunakan filter di depan lensanya, menggunakan lens hood atau mengubah arah atau pola cahaya dalam scene.
Kesamaannya, jika fotografer memotret gambar dengan kamera digital, dia dapat menambahkan vignetting dari hasil foto nya dengan menggunakan software computer, seperti Adobe Photoshop.
Saat ini, fotografer mungkin menggunakan vignetting untuk menarik perhatian lebih besar ke tengah gambar, mengutamakan subjek tengahnya. Mereka juga mungkin ingin memberikan kesan gelap atau mengaburkan detail di pinggiran gambar.
Tetapi, vignetting tidak selalu menjadi fitur yang positif. Hal ini juga dapat menyebabkan efek blur yang tidak diinginkan jika efek vignettingnya dihasilkan karena ketidak sengajaan.
Gambar yang sudah mengalami vignetting akan terlihat sama dengan gambar yang dipotret dengan lensa fisheye, dalam blur di tepian gambarnya dan penekanan maksud ke subjek di tengah gambar

Bounce Lighting


Bounce Lighting, biasanya digunakan untuk fotografi portrait, yang dipantulkan dari sumber cahaya tertentu dengan menggunakan (paying, dinding, atau kertas background polos) untuk mengelilingi pusat objek dengan cahaya. Dengan penggunaan bounce lighting, foto yang dihasilkan akan sedikit bayangan dan pencahayaan yang lebih lembut, tidak sekerah sumber cahayanya.
Bounce lighting juga dapat dihasilkan dari pantulan cahaya langit-langit atau reflector transparan. Secara garis besar, portraits diambil dengan bounce lighting menghasilkan objek atau model dalam pencahayaan yang alami. Bounce lighting hanya dihasilkan dari pantulan, biasanya disiasati dengan menggunakan area foto yang sempit yang memungkinkan terjadinya pantulan. Area yang lebih besar tidak dapat memantulkan cahaya dengan baik,
Bounce lighting adalah bentuk dari gelombang cahaya, karena seperti gelombang cahaya, pantulan cahaya secara tidak langsung menerangi bagian tengan objek foto. Tidak hanya itu, hal ini juga memberikan kesan natural untuk scene, tetapi juga memberikan kesan hanyat dan tenang dalam gambar.
Ketika menggunakan bounce lighting untuk foto anda, perhatikanlah selalu bahwa semakin jauh kamera dari pusat objek, semakin lemah cahayanya. Semakin sedikit cahaya dalam hasil akhir foto akan menghasilkan gambar yang lebih halus, dan sangat berpotensi sedikit gelap.

Monday 8 October 2012

Mengenal MTF (Modulation Transfer Function)

Apakah saya perlu tahu tentang masalah ini?
Sebenarnya, ya, anda perlu tahu. Perhatikanlah. Karena ini penting :-)
Megetahui hal ini sangat penting khususnya bagi anda, fotografer yang senang berfikir tentang segala sesuatu, membaca dan membicarakan tentang ketajaman lensa. Alasannya adalah, ketajaman pada lensa merupakan kata yang ambigu dan dapat berarti sesuatu yang berbeda di waktu dan orang yang berbeda. Disamping itu, MTF secara terminologi adalah penggunaan desain lensa, dan yang anda butuhkan ketika anda ingin mengerti bagaimana menjelaskan interaksi yang kompleks antara resolusi dan kontras.
Untuk desain optic, kontras dan resolusi adalah suatu konflik. Menaikkan salah satunya berarti mengurangi yang lain. Banyak pembuat lensa akhirnya membedakan filosofi dalam perancangannya. Misalnya, Zeiss telah dikenal merancang lensa mereka untuk resolusi maksimal, sementara Leica lebih memilih untuk memaksimalkan kontras mereka. Desain seperti ini diputuskan berdasarkan pembeda untuk merk lensa yang berbeda-beda.
Resolusi dan kontras

Resolusi dan kontras adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Coba cermati pola garis; hitam, lalu putih, lalu kosong, dan putih lagi. Apakah yang menjadi perbedaan kontras mereka. Buat garis hitam lebih halus dan yang putihnya lebih tebal dan terkadang anda tidak akan dapat mengatakan bahwa mereka adalah dua bagian yang berbeda. Dengan kata lain, jika anda mempunyai garis putih di atas kertas anda tidak mempunyai kontras dan untuk itu disebut tidak ada resolusi. Garis tidak akan terlihat. Terapkanlah prinsip ini, karena mendiskusikan resolusi tanpa membicarakan kontras adalah tidak sesuatu yang tidak berguna.
Resolusi biasanya di ukut dalam garis per milimeter, atau sepasang garis per milimeter. (L/mm dan LP/mm). Hati-hatilah jangan dibuat pusing dengannya. Kedua hal tersebut tidak sama. Biasanya tipe engineering lebih memilih garis per milimeter, secara tepat mengasumsikan bahwa untuk mempunyai satu garis hitam harus mempunyai satu garis putih. Tetapi, tipe fotografer lebih memilih untuk tidak terlalu tepat dalam pemikiran mereka, maka sepasang garis per milimeter adalah pengukuran yang biasa mereka gunakan. Ingatlah apa yang akan kita diskusikan, tetapi juga ingatlah bahwa secara numerik L/mm adalah dua kali lipat dari LP/mm. 50 L/mm bagi engineer berarti 50 garis yang berpasangan, karena seperti yang telah kita diskusikan di atas setiap garis hitam harus berpasangan dengan garis putih. Hal ini sama membingungkannya dengan DPI (Dot Per Inch) dan PPI (Pixel Per Inch). Berbedam itu pasti, tapi cukup memiliki kesamaan dalam penggunaan dan anda perlu mengetahui masing-masing fungsinya.
Hal berikutnya untuk diketahui adalah resolusi bukanlah suatu hal yang dapat diukur secara ilmiah. Ini adalah tentang subjektifitas total, dan karena itu berbeda tiap individu atau individu yang sama dengan waktu yang berbeda. Mungkin seorang pengamat bisa melihat resolusi 50 L/mm dalam sebuah test khusus, yang lainnya mungkin melihat 45 L/mm atau 55 L/mm. Perbedaan 10% dengan pengamat yang sama dalam satu waktu bukanlah hal yang tidak biasa. Tambahkan dalam test ini variabel yang lain, seperti kesalahan fokus, dan saya pernah diberitahukan oleh seorang ahli bahwa perbedaan sebanyak 30% dalam test tersebut adalah wajar.
Dan, untuk membuat pelajaran kita lebih mendalam, dapat secara gamblang ditunjukkan dengan gambar sebenarnya yang dihasilkan dari lensa yang sama sekali tidak ada hubungannya pengukuran dalam test tersebut. Atas dasar hal tersebut, hasil test resolusi harus masuk ke dalam pengukuran lensa yang baik. Inilah alasan mengappa industri optic sangat berusaha mengerti bahwa performa lesa sangat ditentukan oleh MTF nya.
MTF – definisi

Tentu saja anda ingin tahu bagaimana membaca sebuah bagan MTF, dan mengetahui aspek pentingnya. Tetapi pertama anda perlu mengetahui pengertian MTF.
Sebuah lensa yang ideal secara sempurna mentransfer cahaya 100% yang melaluinya. Tetapi, tidak ada lensa yang sempurna, dan karena itu ada yang hilang. Ketika kehilangan itu di ukur dalam ukuran kontras. Dengan kata lain, berapa kontras yang hilang – modulasi hanya menjadi kata lain untuk varians.
Modulasi kontras ini diukur pada perbedaan frekuensinya. Maksudnya apa ya? Misalnya, parameter kontras pada objek test, berjarak 0 sampai 100 LP/milimeter.
Lihat gambar 1 di atas. Ditunjukkan bagan MTF untuk lensa Canon 50mm f/1.4. Abaikan garis yang berlekuk sebentar dan perhatikan sumbu vertikal dan horizontal. Sumbu vertikal menunjukkan angka dari 0 sampai 1, yang benar-benar menunjukkan persentase 0 sampai 100%. Karena itu 0.10 berarti 10% kontras, 0.5 berarti 50% kontras, dan 1 adalah 100% kontras.
Sumbu horizontal dalam milimeters dan menunjukkan jarak dari titik tengah gambar sampai ke pinggir. Dengan kata lain, 0 dalam sumbu horizontal adalah titik pusat lensa dan berati 20 adalah 20mm dari pusat. Karena itu frame di lensa 35mm secara nominal adalah 36mm melewati titik ini sampai ke tepi frame.
Apakah anda dapat mengikuti sejauh ini? Sebagai kesimpulan – titik tertinggi dalam bagan menunjukkan kemampuan menyalurkan kontras tertinggi untuk sebuah lensa, dan semakin melenceng dari standard lensa yang baik adalah yang frame nya semakin jauh dari titik pusat gambar.
Sekarang marilah kita berbicara tentang garis pengukuran. Anda akan menyadari dalam gambar 1 di atas bahwa ada garis biru juga garis hitam, dan yang tebal dan yang tipis. Setiap tipe garis juga tampak tegas dan putus-putus, totalnya ada 8 tipe garis. Berikut perwakilan dari masing-masing tipe;
Garis tebal adalah pengukuran yang dilakukan pada 10 LP/mm (frekuensi spasial rendah, atau resolusi rendah) dan garis tipis adalah pengukuran pada 30 LP/mm, ppada frekuensi yang lebih tinggi atau resolusi yang lebih tinggi.
Garis hitam adalah pengukuran yang di ambil dengan lensa lebar atau wide angle, dan garis biru adalah pengukuran yang diambil dengan lensa pada f/8.
Garis yang tegas adalah pengukuran meridonial dan garis putus-putus adalah pengukuran sagittal.
Kutipan dari Canon tentang pengertian meridonial dan sagittal
Satu set garis yang berulang menciptakan garis paralel berbentuk diagonal dari ujung ke ujung fame lensa 35mm, secara langsung melalui daerah titik pusat gambar. Garis ini disebut garis sagittal, kadang diberikan dengan tanda “S” pada bagan MTF Canon. Pada angle 90 derajat, beberapa set garis yang digambarkan berulang, disebut set garis Meridonial (atau “M”).
Jangan memusingkan masalah ini, lupakanlah sejenak. Mengapa hal ini akhirnya menjadi relevan dan menjadi lebih jelas ketika kita mulai membaca bagannnya, khususnya yang berhubungan dengan bokeh lensa.
Bagaimana membaca bagan MTF
Sekarang kita sudah siap untuk belajar bagaimana membaca bagan MTF
Seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya bahwa semakin tinggi garis bagan, semakin tinggi kontrasnya.
Berikut
Berikut aturan jari untuk membaca bagan...
- Semakin tinggi bagan tersebut 10 LP/mm (garis tebal), semakin tinggi kemampuan reproduksi kontras lensanya.
- Semakin tinggi bagan tersebut 30 LP/mm (garis tipis), semakin tinggi kekuatan dan ketajaman lensanya.
- Perlu untuk selalu diingat bahwa garis hitam menunjukkan lensa wide angle dan garis biru menunjukkan lensa dengan f/8, jadi semakin dekat semakin dekat jarak antar garisnya semakin bagus performa lensa tersebut ketika digunakan wide angle nya. Lensa yang paling baik adalah dimana garis hitam dan biru nya saling berdekatan, sangat dekat.
- Umumnya, berbicara tentang lensa yang mempunyai garis tebal (10 LP/mm) adalah di atas 0.8 dalam bagan pastilah mempunyai kualitas gambar yang sangat baik. Di atas 0.6 dinobatkan sebagai lensa yang memuaskan. Dibawah 0.6 adalah cukup.
Salah satu area dalam kualitas gambar yang dapat ditentukan oleh MTF adalah bokeh. Ini adalah kata dalam bahasa Jepang untuk menjelaskan bagaimana lensa menghasilkan gambar yang tidak fokus. Beberapa lensa tidak dapat diandalkan dalam hal ini, sementara yang lainnya menghasilkan gambar blur yang lebih baik. Disini muncul lah garis meridonial dan sagital, dan seperti yang anda ingat garis tersebut digambarkan dengan garis titik-titik dan putus-putus. Semakin dekat jarak garisnya semakin mantap bokeh lensanya. Menyenangkan bukan?
Garis meeridonial dan sagital juga digunakan untuk mengevaluasi kelengkungan dan bidang lengkung.
Terakhir, sadarilah bahwa bagan MTF tidak memberitahukan segalanya tentang lensa. Faktor yang penting seperti vignetting, distorsi linear, dan resistensi terhadap flare tidak termasuk ke dalam pengukuran. Bagan MTF bukanlah sebuah kamus lengkap, tetapi dapat membantu anda untuk mengerti tentang performa lensa dalam karakteristik tertentu.
Beberapa contoh

Di atas adalah bagan MTF untuk dua lensa fix Canon terbaik, dapat dikatakan yang terbaik dalam kelasnya. Bagan ini ditunjukkan untuk anda berlatih tentang pelajaran yang sudah anda dapatkan dari penjelasan di atas. Apa yang digambarkan bagan tersebut tentang karakteristik kedua lensa tersebut? Cermatilah dengan menggunakan penjelasan di atas.
Perlu dicatat bahwa lensa tele secara inheren lebih unggul dari lensa wide, dan karena itu anda tidak boleh menjustifikasinya satu sama lain, bandingkanlah lensa yang focal length nya sama.

Jika anda membaca artikel ini anda akan ingat sedikit tentang mengapa saya mengatakan dalam pengalaman pertama saya dengan Canon 400mm f/5.6L lebih unggul dari Canon 100-400mm. Tetapi seperti yang anda lihat dalam bagan MTF, sekarang anda tahu bagaimana membacanya, perbedaan yang terlihat dapat dengan mudah di ukur.
Catatan kaki
Semua bagan MTF dalam artikel ini adalah tentang Canon. Anda dapat melihat  dengan lengkap spesifikasi lensa dan bagan MTF semua lensa Canon dalam website Canon US.
Bagan MTF Canon berdasarkan teori kalkulasi yang digunakan dalam pembuatan lensanya, sementara beebrapa produsen lain menggunakan ukuran sebenarnya. Ada argumen yang valid dalam mendukung kedua metode tersebut. Cermatilah walaupun para produsen memiliki prosedur pengukuran ang berbeda, dan walaupun ketika membandingkan bagan MTF diantara lensa dalam garis yang sama adalah mungkin dilakukan, dan fakta tersebut sangat berguna untuk membuat kebijakan harga.
Dikutip dan diterjemahkan dari : http://www.luminous-landscape.com/tutorials/understanding-series/understanding-mtf.shtml

Wednesday 3 October 2012

Top 10 Amazing Facts About Your Heart

Love Sign
Weighing in at 10 ounces, the blood-filled muscle called the heart has become the universal symbol of love. The Greeks believed the heart was the seat of the spirit, the Chinese associated it with the center for happiness and the Egyptians thought the emotions and intellect arose from the heart. No one is sure the exact origin of the love association, however. One idea is that the heart got its "love mark" in the ancient Greek city of Cyrene, now in modern-day Libya. The colony was known for a plant called Silphium, with heart-shaped seed pods. Silphium had medicinal properties, and possibly also was used as an herbal contraceptive.

Broken Heart
Alas, a broken heart can cause one to swoon. A breakup with a loved one or news of a family death literally can lead to broken hearts in the form of heightened risk for heart attack, studies have shown. Such trauma can also trigger the release of stress hormones into the bloodstream that temporarily "stun" the heart. The resulting symptoms mimic those of a heart attack - chest pain and shortness of breath - but this type of achy heart can bounce back in days with some TLC and rest.

Powerful Pump
In under a minute, your heart can pump blood to every cell in your body. And over the course of a day, about 100,000 heart beats shuttle 2,000 gallons of oxygen-rich blood many times through about 60,000 miles of branching blood vessels that link together the cells of our organs and body parts. That's a hefty job for a fist-sized muscle.

Drink to Your Heart
A glass of Merlot can go straight to the heart, and recent research shows that so too can the white variety. Scientists have attributed the heart benefits of reds to grape skins, which are chock full of certain antioxidants. Since the purple-hued skins get removed to make Chardonnays, many scientists had assumed white wine likely wouldn't do the heart any good. A lab experiment on rats showed that a grape's pulp conceals cardio-protective compounds that rival those found in reds. Red or white? Just follow your heart.

LOL: It's Good for You
A hearty laugh - the kind that sends a stream of tears from your eyes - does more than warm the soul. Research has shown the guffaw can cause the lining of blood vessel walls called endothelium to relax, increasing blood flow for up to 45 minutes after the laugh attack. Damage to the endothelium can lead to the narrowing of blood vessels and eventually cardiovascular diseases. That's no laughing matter...or maybe it is...

Big Hearts
Some people really do have bigger hearts than others. Rather than a sign of affection, an enlarged heart can signal underlying heart disease. The most common type, called dilated cardiomyopathy, occurs when the heart's chambers stretch out and enlarge. The bulging saps the heart's pump power, depriving the body's organs of enough blood. If left untreated, a big heart can lead to heart failure.

Heart-to-Heart
A seemingly sheepish look from Fido or that endearing brush-by from your cat can make you wonder if your pet could possibly communicate with you. A recent study adds equine friends to the list of emotionally-responsive animals. A scientist found that horse's heart rates mirror those of human subjects touching them. The horse emotion-detector could someday replace procedures used to measure a patient's stress hormones. Next, the researcher will study service dogs to better match them with humans.

Heart Mend
A love-torn heart can be painful enough to make you wish you could get a new heart or at least a cardio repair kit. Both of the latter options could some day be realities. Scientists are studying the red-spotted newt to help them develop cell therapies for humans with physically damaged hearts. This amphibian can turn its cells back in time, as if they were stem cells, in order to build up new heart muscle. In another study, scientists engineered a beating heart from embryonic stem cells in the lab.

Female Hearts
Girls rule in some matters of the heart, but when it comes to research into cardiovascular disease it's the guys who come into the spotlight. For decades, heart disease and heart attacks have been viewed as a man's illness. But this is far from the truth. Heart disease kills 500,000 American women each year, topping male numbers by 50,000. Another gender gap: Women don't tend to experience the Hollywood-standard heart attack in which gripping chest pain sends you keeling over. Instead, women have reported tightness, aching or pressure in the heart, plus other symptoms like nausea, back and jaw pain.

Sex Appeal
If you can't make it to the gym, try fooling around. Your heart might thank you. A study of 2,500 men aged 49 to 54 found that having an orgasm at least three times a week cut in half the likelihood of death from coronary heart disease. And barring underlying health issues and the possibility of contracting a sexually transmitted disease, sex can give you a workout. By some estimates, a vigorous sex session can double a person's heart rate and burn up about 200 calories, or the equivalent of a brisk 15-minute run. So staying in bed might be just what the doctor orders.

Monday 1 October 2012

5 Reason To Have Macro Lenses

Many of you might be hesitate to buy macro prime lens. The first question might be: is it necessary to buy new lens for the special purposes such macro photo? is it enough to zooming the lens to the object through telephoto lens? Then allow me to answer that question: if you want to enjoy the small world, you should use the special lens. Standard lens can't compete in magnifying and short distance focus. So, i will try to give you the 5 reason to have macro lenses
     1. Magnifying ratio 1:1
Magnification scale is crucial to determine how big the object in the camera sensor. All of macro lens are having magnification scale 1:1. This means that an object could be photographed with the actual size. If we compare with the standard lens only have 1:5 magnification scale. This means object in the frame will appear smaller than the original size. You couldn't photographing an object too close, because there is minimum focus range in standard lens.
    2. Minimum focus distance
The minimum focusing distance in macro photos also play an important role. This role could determine how close the photographer could photograph the picture. In standard zoom lens, minimum distance usually at a distance of half meter or more. If you are photographing closer than its minimum focus distance, the lens won't be able to focusing the object.
With macro lens, minimum focus distance can be cut to the very close distance, due to the fixed focal length in this lens. For example, Sigma EX 28mm / 50mm DG Macro, you could taking photograph closer to 19cm distance.
   3. AF limiter
Some of macro lens offering the feature to choose limiter of the minimal focus distance to gain auto focus speed. Canon EF 2.8 /100mm have an option to choose AF limiter between 30-50cm distance, so the lens focus only working inside the limiter and don't have to focus scanning to the whole focal length.
   4. Aperture
Narrow focus range is the characteristic of macro photo. Aperture should be open wide and macro lens usually have great aperture such as 2 or 2.8
   5. High resolution
Almost all macro lens are having great resolution and highest lens quality. This could be a great help for photographer, especially macro mania, when photographing flower, a bugs, or other structure with great detail.

Very Close : a bugs is the most classical object

Classical motive : even the blooming flower is the most popular classical motive, quite important for you to determine an accurate focus, so you could get optimal result and full detail display of the blooming flower

Sunday 30 September 2012

What Laser Light Can Do to Your Precious DSLR Sensor

We all know pointing your DSLR directly at the sun for extended periods of time isn’t too healthy for your sensor, but what about laser lights like the ones used at concerts? Turns out those can be even more lethal for your camera, even with very brief exposures.
Here are two videos shot with DSLR cameras that show a laser briefly passing over the camera and damaging the sensor permanently. This video were shot with Canon 5D Mark II cameras:
Laser effects on cameras and camcorders
Lasers emit concentrated beams of light, which can heat up sensitive surfaces (like the eye's retina) and cause damage. Camera sensors are, in general, more susceptible to damage than the human eye.
For large scale shows, such as on a televised concert, laser show producers work with clients to avoid TV camera locations and video projectors (ILDA Members, see this page for details). However, it is not possible for laser show producers to be responsible for all cameras and camcorders which might be at a show.
Therefore, if you attend a show as an audience member, you should take reasonable precautions not to let a laser beam DIRECTLY enter your camera lens.
- You can photograph the beams in midair, or doing graphics on a screen. If you can't see the laser source (projector output aperture or bounce mirror) in your viewfinder, this means you're not getting the full beam power into your lens. Indirect viewing like this should not cause damage.
- Avoid beams which are coming straight into your lens (or bounced off a mirror or other reflective surface and then into your lens). The damage potential is much greater when the entire beam power enters the camera lens.